Artikel

Kenapa Harus Burasa?

Oleh Fatmawati, S.Pd

Menurut Komunitas Sejarah Budaya dan Cerita Sulawesi bahwa Burasa di Sulawesi Tengah berawal dari makanan Suku Kaili Pedalaman sejak abad ke-17. Pada masa itu, masyarakat Kaili yang masih nomaden, dalam mengolah makanan masih terfokus pada dua tipe cara memasak yaitu bakar dan rebus, sehingga hasil olahan makanannya mampu bertahan lebih dari sehari.

Burasa dalam artian Kaili Rai diambil dari dua suku kata yaitu bura dan rasa ( narasa ). Bura/ nevura/ nebura memiliki arti “berbusa dan menyembur”, sedangkan Rasa ( narasa ) memiliki arti “enak”.
Jadi, Burasa secara definisi berarti makanan yang direbus sampai airnya berbusa dan menyembur menghasilkan makanan yang enak ( kira kira begitu hehehehe ). Mungkin orang tua dahulu menamakan Burasa diambil dari proses memasaknya dengan cara
merebus di belanga tanah sehingga air rebusannya berbusa dan menyembur.

Pada abad ke-19, Burasa sering disajikan dalam perayaan-perayaan keagamaan khususnya di Sulawesi seperti Idul Fitri, Idul Adha, Natal dan Tahun Baru.

Berbeda dengan masyarakat Jawa yang biasanya menyiapkan ketupat saat hari raya, di tanah Sulawesi, mayoritas warga membuat Burasa. Entah itu dimasak sendiri atau dibeli pastinya selalu ada Burasa. Burasa banyak ditemukan di rumah warga saat momen Idul Fitri ataupun Idul Adha. Jika dilihat sepintas, berbeda juga dengan ketupat, bentuk Burasa memanjang dan terbungkus daun pisang. Bahan utamanya terbuat dari santan dan beras. Namun ada juga bentuk Burasa yang pendek tetapi lebar ( hehehe…mungkin sesuai selera ). Burasapun cocok disantap dengan makanan berkuah lainnya.

Burasa seringkali disajikan berdampingan dengan ketupat,

untuk menemani menyantap berbagai hidangan.

Serupa tapi tak sama ya…


Burasa
Ketupat

Selain untuk hidangan pada hari lebaran, Burasa juga banyak dipilih sebagai makanan untuk bekal dalam perjalanan karena mampu bertahan lebih dari sehari. Ada yang bilang katanya “Tidak nyaman jika tidak ada Burasa dihidangkan di rumah saat lebaran karena sejak kecil memang terbiasa dan jadi makanan andalan.” Sepertinya hari raya tidak lengkap tanpa Burasa yaa…hehehehe…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *